Prolog

Cerita karangan Jin Yong, Yi Tian Tu Long Ji1, atau lebih populer diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga’, ditulis dengan maksud mengakhiri secara definitif rangkaian cerita Trilogi Rajawali yang sangat panjang dan rumit. Yitian Tulong Ji sendiri terdiri dari 40 bab yang padat dan tidak mudah diikuti, karena di dalamnya terdapat banyak kilas balik yang diceritakan dari sudut pandang beberapa tokoh yang berlainan.

Tetapi ternyata di ujung akhir cerita Jin Yong menulisnya dengan cara yang membuka kemungkinan sangat luas bagi kita untuk mengembangkan cerita selanjutnya dengan memakai ulang semua karakter yang ada, termasuk tokoh-tokoh sejarah nyata di dalamnya. Adalah sangat sayang kalau kita melewatkan begitu saja detil-detil tentang Zhu Yuanzhang yang merebut tahta, dan mengangkat dirinya menjadi seorang Kaisar Dinasti Ming.

Dalam sejarah nyata, Zhu Yuanzhang memang didukung oleh sejumlah besar pejuang beraliran Manikeisme2, Islam, dan sejumlah aliran lain. Hampir semua tokoh yang menonjol dan berjasa besar dari berbagai aliran ini akhirnya disingkirkannya. Zhu Yuanzhang adalah seorang tokoh sejarah yang sangat unik dan kontroversial. Konsekuensi logis dari berbagai keputusan dan tindakannya tidak berhenti sampai ketika ia sendiri akhirnya meninggal, tetapi meluas dan terbawa jauh sekali melampaui itu.

Ringkasan ini memperdalam kupasan mengenai latar belakang keluarga Zhao Min dan keluarga Sang Kaisar Dinasti Yuan, Toghon Temur, yang akhirnya digulingkan oleh Ming. Landasan yang telah diceritakan Jin Yong masih dipakai sebagai bahan bercerita, tetapi fakta mengenai keluarga istana diceritakan dengan patokan sejarah nyata. Kehadiran Zhao Min sebagai putri kesayangan Jendral Chaghan Temur tidak merusak jalannya peristiwa sejarah. Chaghan Temur sendiri memang akhirnya tewas di tangan salah seorang pejuang dari kalangan petani.

Wang Baobao, atau Koke Temur, yang sebelumnya selalu digambarkan sebagai putra Chaghan Temur, diungkapkan sesuai dengan fakta sejarah, yaitu bahwa ia sebenarnya adalah anak dari saudara perempuan Chaghan Temur, yang diangkat anak oleh Chaghan. Ini berarti Koke Temur adalah kakak angkat Zhao Min. Dengan demikian sebenarnya dari sisi politik di kalangan keluarga, mereka sebenarnya cukup bersaing, dan bukan saling mendukung. Koke Temur punya ambisi besar untuk berkuasa sebagai Khan, bukan seperti Chaghan Temur yang adalah pejabat Dinasti Yuan yang setia dan menghabiskan waktunya di medan tempur.

Cerita Yitian Tulong Ji1 dibuka dengan pendahuluan dari era menjelang berdirinya Dinasti Yuan, yaitu ketika Zhang Sanfeng masih berada di Shaolin di bawah bimbingan Jue Yuan Dashi, dan bertemu dengan Guo Xiang, putri kedua dari Guo Jing, yang saat itu baru lolos dari maut dalam peperangan yang menewaskan Khan Agung Mongolia saat itu, yaitu Mongke Khan, kakak kandung Kubilai. Tentunya saat itu Perguruan Wudang masih belum terbentuk.

Saat itu sebenarnya Guo Xiang sedang patah hati. Ia diam-diam telah jatuh hati kepada Yang Guo yang akhirnya bersatu kembali dengan istrinya, Xiao Longnu, yang dinikahinya tak lama setelah Guo Xiang dilahirkan. Yang Guo akhirnya memilih untuk mengasingkan diri dan menghilang dari dunia persilatan.

Guo Xiang hanya satu-dua tahun lebih tua dari Zhang Sanfeng. Saat itu Zhang Sanfeng masih berusia sekitar enam atau tujuh belas tahun, dengan alis tebal, mata besar, dan tubuhnya sangat jangkung. Ini membuat Zhang Sanfeng sempat mengenal dan mempelajari sebagian ilmu tenaga dalam yang disebut Jiu Yang Shen Gong3. Pengetahuannya memang tidak lengkap, tetapi dengan pengetahuan itu ia memberi Zhang Wuji dasar-dasar yang diperlukan untuk menyembuhkan diri dari cedera berat ketika masih berusia sepuluh tahun akibat pukulan dari Xuanming Er Lao4.

Zhang Sanfeng

Zhang Sanfeng (張三丰) adalah seorang pemuda tanggung yang baru berusia 16 atau 17 tahun ketika bertemu dengan Gua Xiang. Ia bernaung di Shaolin sebagai penjaga perpustakaan, dan di bawah bimbingan Jue Yuan Dashi. Para biksu Shaolin mengenalnya sebagai Zhang Junbao (張君寶).

Ia mempelajari sebagian ilmu dari Jiu Yang Zhen Jing, dan sebagian lagi dipelajari oleh Guo Xiang. Mereka berdua masing-masing memiliki ilmu yang tidak lengkap, karena kitab asli ilmu itu sendiri tidak berhasil didapatkan.

Sekitar 80 tahun kemudian Zhang Sanfeng teringat akan peristiwa ini ketika anak yang dititipkan murid kesayangannya, Zhang Cuishan, yang ketika itu baru menjelang 10 tahun, terkena Telapak Dewa Xuanming, dan ia sendiri tidak mampu menyelamatkannya.

Tujuh murid Zhang Sanfeng yang terkenal sebagai Tujuh Pendekar Wudang adalah:

  1. Song Yuanqiao.
  2. Yu Lianzhou.
  3. Yu Daiyan.
  4. Zhang Songxi.
  5. Zhang Cuisan.
  6. Yin Liting.
  7. Mo Shenggu.

Zhang Sanfeng tidak pernah menyetujui gerakan keagamaan Ming Jiao, yang tetap dianggapnya salah. Tetapi ia tidak pernah memakai patokan partai, kelompok atau aliran dalam menilai orang. Ia akan selalu memakai patokan ‘Meskipun anggota perguruan lurus, kalau jahat ya tetap jahat. Sebaliknya, meskipun dari aliran sesat, kalau orangnya baik, apa salahnya berteman?‘.

Dengan pandangan semacam ini Zhang Sanfeng bisa dengan mudah melihat bahwa Ming Jiao tidak mungkin membela pemerintah, dalam hal ini Dinasti Yuan, karena gerakan mereka sejak awal memang selalu bertujuan untuk menggulingkan pemerintah. Karena itu taktik yang dirancang Yuanzhen dan dijalankan oleh Zhao Min tidak berguna bagi Zhang Sanfeng.

Karena sikapnya yang unik dan pengalaman hidupnya yang kaya, maka sebenarnya Zhang Sanfeng adalah tokoh sentral yang tahu sangat banyak mengenai berbagai misteri dalam cerita ini. Berdasarkan pengalamannya hidup di akhir era Dinasti Song Selatan, Dinasti Yuan, sampai akhirnya Dinasti Ming yang baru berdiri di akhir cerita Yitian Tulong Ji, ia bisa menilai dengan tepat mengenai apa yang sedang terjadi.

Zhang Sanfeng adalah tokoh sejarah nyata, yang memang hidup melampaui usia seratus tahun, sebelum akhirnya secara misterius menghilang tanpa jejak setelah menyerahkan kepemimpinan Wudang kepada muridnya.

Di usia tuanya ia telah menyempurnakan Jurus Tai Chi, yang hingga hari ini, di jaman modern, masih tetap populer dan minimal dianggap sebagai olah raga yang menyehatkan.

Zhang Cuishan dan Yin Soso

Zhang Cuishan pulang ke Zhongyuan5 bersama Yin Soso dan Zhang Wuji yang saat itu baru menjelang 10 tahun, menjelang hari ulang tahun ke-100 gurunya. Sebelumnya mereka bertiga, bersama Xie Xun, terjebak di Pulau Api dan Es6. Setelah berhasil merebut Golok Pembunuh Naga dari Tian Yingjiao, Xie Xun memutuskan untuk mengasingkan diri, dan di luar dugaan ia juga memaksa Zhang Cuisan dan Yin Soso untuk mengikutinya. Hal inilah yang membuat Zhang Wuji terlahir di Pulau Api dan Es, dan tidak pernah mengenal orang lain sampai menjelang usia 10 tahun, kecuali kedua orang tuanya dan Xie Xun.

Zhang Cuisan adalah murid ke-5 dari Zhang Sanfeng, dan otomatis termasuk 7 Pendekar Wudang. Orang mengenal dan memasukkan Wudang dalam kategori ‘Aliran Lurus’. Sebaliknya, Yin Soso adalah putri Yin Tianzheng, yang adalah Ketua Tian Yingjiao, atau Perguruan Elang Langit. Karena Yin Tianzheng adalah salah seorang ‘Raja Pengawal Hukum’ Ming Jiao, dalam hal ini jabatannya adalah Baimei Ying Wang7, maka otomatis Tian Yingjiao dimasukkan dalam kategori ‘Aliran Sesat’. Tian Yingjiao adalah perguruan yang didirikan Yin Tianzheng setelah memisahkan diri dari Ming Jiao akibat persengketaan mengenai posisi ketua. Saat itu secara tak terduga Yang Dingtian dan istrinya menghilang tanpa jejak, tak seorang pun bisa menemukan mereka. Ming Jiao ditinggalkan tanpa pemimpin.

Perbedaan status antara Zhang Cuisan dan Yin Soso tersebut akhirnya bisa diterima oleh Zhang Sanfeng. Meskipun ada muridnya yang ragu-ragu, terutama sekali Yin Liting yang sedang mencari tunangannya Ji Xiaofu, yang menurut kabar telah diculik oleh Yang Xiao. Awalnya Yin Liting tidak bisa menerima Yin Soso, tetapi setelah mendengar penjelasan gurunya, ia tidak berani membantah lagi.

Meskipun persoalan internal Wudang itu akhirnya beres, tetapi tidak demikian dengan pihak luar. Banyak orang tahu bahwa Zhang Cuisan dan Yin Soso menghilang bersama Xie Xun, dan sekarang keduanya telah kembali, tetapi bagaimana dengan Xie Xun? Beberapa pihak ingin membalas dendam kepada Xie Xun, beberapa lainnya diam-diam ingin mengorek informasi mengenai Tulong Dao. Hasilnya adalah mereka beramai-ramai datang ke Wudang tepat di hari ulang tahun ke seratus Zhang Sanfeng. Semuanya memberikan ucapan selamat. Tetapi kemudian mulailah timbul pembicaraan mengenai Xie Xun. Seperti sebelumnya yang sempat terjadi di atas kapal Tian Yingjiao, Zhang Cuisan dan Yin Soso tetap menolak untuk memberitahu di mana Xie Xun berada.

Singkat cerita, semuanya itu akhirnya memicu sebuah peristiwa tragis, Zhang Cuisan memilih jalan pintas, ia bunuh diri di hadapan semua orang. Kaget, putus asa, dan merasa berdosa karena sempat menyembunyikan fakta bahwa sepuluh tahun yang lalu ia telah melukai Yu Daiyan dengan jarumnya, akhirnya Yin Soso mengikuti jejak suaminya.

Peristiwa menggemparkan itu masih diikuti kejadian tragis berikutnya. He Biweng mengantarkan Zhang Wuji kecil kembali ke Wudang dalam keadaan terluka, tetapi masih hidup. Tujuannya adalah untuk menguras tenaga Zhang Sanfeng untuk mengobatinya. Ia telah memukul Zhang Wuji kecil dengan Xuanming Shen Zhang.

Zhang Wuji akhirnya menemukan kitab asli Jiu Yang Zhen Jing di dalam perut monyet, ketika ia sedang melarikan diri dari kejaran Zhu Changling (朱長齡), keturunan Zhu Ziliu, salah seorang pengawal Yideng Dashi, dan Wu Lie (武烈), keturunan pengawal Yideng Dashi lainnya, Wu Santong. Saat itu Zhang Wuji yang baru berusia sekitar 15 atau 16 tahun terperosok ke dalam jurang yang dalam, dan berusaha diselamatkan oleh Zhu Changling. Mereka berdua akhirnya sama-sama terjebak di atas sebuah tebing terjal yang sempit, dengan hanya sebuah lubang kecil. Saat itu hanya Zhang Wuji yang bisa memasuki lubang tersebut, karena tubuhnya belum berkembang sempurna seperti orang dewasa. Ia menghabiskan waktu sampai 6 tahun di balik lubang tersebut, yang ternyata menyembunyikan sebuah tempat tersendiri, lengkap dengan pepohonan yang memberinya makanan yang cukup layak untuk bertahan hidup. Juga sebuah sungai dan air terjun.

Jiu Yang Shengong yang dipelajari Zhang Wuji di tempat itu, hanya dengan tujuan untuk menyembuhkan cederanya, ternyata memberinya dasar-dasar tenaga dalam yang luar biasa, meskipun ia hanya berbekal kungfu dasar Wudang ajaran ayahnya, dan beberapa jurus dasar ajaran Xie Xun.

Setelah ia keluar dari situ, ternyata Zhu Changling kembali melemparkannya ke dalam jurang, yang membuatnya terjatuh di lembah yang berhubungan dengan rumah Zhu Changling, yang sekarang hanya ditempati oleh putrinya, Zhu Jiuzhen.

Dari situ pengalaman Zhang Wuji di dunia persilatan pun baru dimulai, sementara Zhu Changling sendiri malah tetap terjebak di tempatnya tanpa bisa diketahui nasibnya.


Footnotes

  1. Yi Tian Tu Long Ji (倚天屠龙记), secara berturut-turut arti literal kelima karakter itu adalah, ‘Bersandar pada’, ‘Langit/Surga/Tuhan’, ‘Jagal/Menyembelih/Membunuh’, ‘Naga’, dan ‘Kenangan/Kisah/Cerita’. Karena itu istilah tersebut seharusnya diterjemahkan menjadi ‘Kisah Bersandar pada Langit untuk membunuh Sang Naga’. Tetapi di sepanjang cerita kita akan sering membaca atau mendengar istilah Yi Tian Jian (倚天剑), di mana karakter Jian (剑) adalah ‘Pedang’. Dan juga istilah Tulong Dao (屠龙刀) yang berarti ‘Golok yang membunuh Sang Naga’. Ini membuat istilah ‘Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga’ menjadi masuk akal untuk diterima sebagai sebuah judul. Tetapi judul aslinya sebenarnya tidak bermakna demikian. Barangkali judul ‘Kisah Membunuh Sang Naga dengan Kehendak Surga’ lebih sesuai dengan judul aslinya. 2

  2. Manikeisme adalah sebuah ajaran agama yang berdasarkan ajaran tokoh bernama Mani. Ajaran ini memang marak di era tersebut, tetapi di jaman modern ini sudah nyaris tidak ada peminatnya lagi. Sebelum menjadi seorang pastor, Agustinus dari Hippo juga adalah pengikut setia aliran ini. Ajaran inilah yang dianut oleh Ming Jiao yang dalam cerita Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga dipimpin oleh Zhang Wuji, meskipun Zhang Wuji sendiri bukan penganut agama ini.

  3. Jiu Yang Shen Gong (九阳神功) adalah ilmu tenaga dalam pertama yang dipelajari Zhang Wuji dalam keadaan terdesak akibat luka dalam yang parah ketika masih berusia sepuluh tahun. Ilmu ini adalah kebalikan dari tenaga dalam yang berasal dari Jiu Yin Zhen Jing milik Zhou Zhiruo, Kalau ilmu Zhou Zhiruo bersifat dingin/feminin, maka ilmu ini bersifat panas/maskulin. Istilah ini sendiri bisa diterjemahkan menjadi ‘Tenaga Dewa Sembilan Matahari’.

  4. Xuan Ming Shen Zhang (玄冥神掌) adalah ilmu silat milik Xuan Ming Er Lao (玄冥二老), sepasang kakak beradik seperguruan yang bekerja untuk Chaghan Temur. Mereka masing-masing adalah Lu Zhangke (鹿杖客) dan He Biweng (鶴筆翁). Di sini kita sebut saja ‘Telapak Dewa Xuanming’.

  5. Zhong Yuan (中元) secara literal berarti ‘Dataran Pusat’, atau Mainland. Istilah ini dipakai untuk mewakili wilayah yang dikuasai oleh Kekaisaran Tiongkok kuno, dari dinasti manapun. Dari generasi ke generasi perbatasan memang bisa berubah, tetapi wilayah di sekitar Sungai Yangtze dan Sungai Kuning adalah tetap.

  6. Pulau Api dan Es, atau Bing Huo Dao (冰火岛), adalah pulau tempat Xie Xun terdampar bersama Zhang Cuishan dan Yin Soso. Akhirnya Zhang Wuji dilahirkan di situ. Pulau ini terletak di dekat Siberia.

  7. Bai Mei Ying Wang (白眉鷹王), secara literal adalah ‘Raja Elang Beralis Putih’. Ini adalah gelar dan sekaligus jabatan Yin Tianzheng di Ming Jiao.